
Universitas Sumatera Utara (USU) dipercaya menjadi tuan rumah Indonesia Research Summit (IRS) 2025. Forum prestisius yang diinisiasi oleh Editage, bagian dari Cactus Communications, ini menjadi ajang berkumpulnya akademisi, peneliti, hingga pengambil keputusan dari berbagai institusi nasional dan internasional. IRS 2025 mengambil tema besar “Innovating Academic Research: Pathways to Higher Impact Publications, Local Innovations, and Advancing Sustainable Development”, yang menekankan pentingnya inovasi riset akademik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan publikasi bereputasi internasional.
Setelah sukses diselenggarakan di Jakarta dan Yogyakarta pada 2024, kehadiran IRS 2025 di Medan menjadi langkah strategis untuk memperluas jejaring kolaborasi riset di wilayah barat Indonesia. USU, sebagai tuan rumah, mengukuhkan posisinya sebagai pusat riset unggulan di Sumatera, sekaligus mendorong akselerasi peran universitas sebagai motor penggerak pembangunan berbasis pengetahuan.
Rektor USU, Prof. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si, menyampaikan rasa terima kasihnya atas kepercayaan yang diberikan kepada USU untuk menghelat forum bergengsi ini. “USU merasa terhormat menjadi tuan rumah Indonesia Research Summit tahun ini. Ini bukan hanya menjadi bukti bahwa Sumatera memiliki potensi besar dalam inovasi riset, tetapi juga menunjukkan komitmen kami untuk menjadikan riset sebagai solusi nyata bagi berbagai tantangan global,” ujar Prof. Muryanto.

Ia juga menegaskan bahwa perguruan tinggi harus mampu menjadi pusat inovasi yang memberikan kontribusi langsung bagi masyarakat, baik dalam isu ketahanan pangan, transisi energi, maupun pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan. “IRS 2025 menjadi ruang aktualisasi bagi perguruan tinggi untuk bersinergi, berbagi pengetahuan, dan memperkuat kolaborasi internasional yang lebih strategis,” tambahnya.
Salah satu topik utama yang diangkat dalam IRS 2025 adalah pentingnya kolaborasi internasional dalam meningkatkan kualitas penelitian Indonesia. Dalam sesi diskusi bertema “Memperkuat Kolaborasi Internasional melalui Riset”, para narasumber membahas strategi membangun kemitraan global antar universitas untuk menghasilkan riset berdampak tinggi yang diakui secara internasional.

Direktur Direktorat Internasionalisasi dan Kemitraan Global USU, Prof. Dr. Eng. Himsar Ambarita, ST., MT., menyampaikan bahwa saat ini sekitar 15% publikasi USU sudah melibatkan kerja sama internasional. “Kami menargetkan peningkatan kontribusi riset kolaborasi global hingga dua kali lipat dalam lima tahun ke depan. Ini bagian dari strategi internasionalisasi yang kami dorong secara konsisten,” ujar Prof. Himsar. Menurutnya, kerja sama internasional bukan hanya meningkatkan kualitas penelitian, tetapi juga memperluas jejaring akademik yang akan memperkuat posisi Indonesia di peta riset dunia.
Di sisi lain, Wakil Rektor III USU, Prof. Dr. Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan, S.Si., M.Si., Apt., menambahkan bahwa pihaknya tengah mengembangkan berbagai program peningkatan kapasitas sumber daya manusia, baik dosen maupun mahasiswa. “Kami menyelenggarakan berbagai pelatihan penulisan publikasi ilmiah bereputasi, workshop metodologi riset terkini, hingga pendampingan teknis untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas publikasi internasional,” jelas Prof. Poppy. Ia meyakini bahwa penguatan kapasitas riset dan publikasi adalah kunci mendorong daya saing akademik Indonesia secara global.

Ruchi Chauhan, Head of Global Marketing Cactus Communications, memberikan pandangan optimis terhadap potensi Indonesia di sektor riset dan publikasi ilmiah. “Indonesia memiliki lebih dari 10.000 jurnal terindeks SINTA, yang merupakan kekuatan luar biasa. Dengan peningkatan kualitas publikasi dan kolaborasi internasional yang lebih intensif, Indonesia bisa memperkuat posisi di panggung riset global,” ungkap Ruchi.
Selain itu, berdasarkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), publikasi ilmiah internasional Indonesia meningkat secara signifikan sebanyak 13.975 dokumen pada 2023. Sebanyak 8.642 artikel diterbitkan pada jurnal berpuratasi, sedangkan 5.054 dokumen pada prosiding konferensi ilmiah, dan dalam bentuk publikasi lainnya sebanyak 279 dokumen. Peningkatan ini mencerminkan kemajuan pesat dalam ekosistem penelitian Indonesia, yang tidak hanya menunjukkan produktivitas para peneliti tetapi juga peningkatan dalam kualitas penelitian yang dihasilkan.
Publikasi di jurnal bereputasi, misalnya, mengindikasikan bahwa penelitian dari Indonesia semakin mendapatkan pengakuan global dan memenuhi standar akademik yang tinggi. Sementara itu, partisipasi dalam konferensi ilmiah menunjukkan keterlibatan aktif peneliti dalam diskusi ilmiah internasional, memungkinkan pertukaran ide dan perkembangan keilmuan yang lebih dinamis. Dengan pencapaian ini, peluang untuk memperluas kolaborasi riset internasional menjadi semakin terbuka. Kerja sama internasional ini dapat meningkatkan akses terhadap pendanaan, infrastruktur riset, dan jaringan ilmiah global, yang pada akhirnya dapat memperkuat posisi Indonesia dalam kancah riset dunia.

Ruchi menyatakan, Indonesia Research Summit 2025 tak hanya menjadi ajang pertukaran ide akademik, tetapi juga menjadi platform strategis untuk membangun kemitraan lintas sektor. Forum ini mempertemukan akademisi, pelaku industri, serta pemangku kebijakan pemerintah untuk merancang ekosistem riset yang kolaboratif dan aplikatif.
Prof. Muryanto pun menyatakan bahwa USU tengah menjalin kemitraan riset dengan sektor industri dan pemerintah di bidang ketahanan pangan, energi terbarukan, dan kesehatan masyarakat. “Kami ingin hasil riset yang dikembangkan di kampus tidak berhenti pada publikasi ilmiah, tetapi juga dapat diimplementasikan dalam kebijakan dan inovasi industri,” tegasnya. Menurutnya, riset yang aplikatif akan menciptakan dampak nyata, memperkuat ketahanan nasional, dan mendorong transformasi menuju masyarakat berbasis teknologi.
Kesuksesan penyelenggaraan Indonesia Research Summit 2025 di Medan merupakan bagian dari komitmen berkelanjutan Editage dan Cactus Communications dalam membangun ekosistem riset Indonesia yang inklusif, berdaya saing tinggi, dan berorientasi pada pembangunan berkelanjutan. Sejak pertama kali digelar pada 2024, forum ini telah menjadi inspirasi bagi ribuan peneliti, mendorong terobosan riset, memperluas jejaring akademik, serta mempercepat langkah Indonesia menuju cita-cita Indonesia Emas 2045.