Kamu mungkin sering melihat nilai p pada laporan ilmiah kuantitatif, tapi tidak terlalu yakin arti dan gunanya di dalam analisis statistik. Nah, bila masih belum paham, artikel ini mungkin bisa membantumu.
Secara umum, nilai p memberitahu pembaca adanya perbedaan antara kelompok, hubungan, dll., yang kemungkinannya disebabkan oleh kondisi yang tidak disengaja atau sejumlah variabel yang kamu teliti. Menurut sebagian besar panduan statistik, termasuk Nature, kamu perlu memberikan nilai p untuk setiap perubahan, perbedaan, atau hubungan yang bersifat “signifikan.” Dari awal memulai melakukan analisis statistik, kamu perlu menetapkan ambang batas signifikasi yang digunakan dalam risetmu serta menyatakannya di bagian metodologi pada laporan penelitian. Ambang batas signifikansi yang bisa dipilih adalah .05, .001, atau .01.
Meskipun demikian, nilai p tidak bisa memberitahu pembaca kekuatan ataupun seberapa besar efek sebuah hubungan antar variabel. Nilai ini juga tidak dapat memberikan informasi tentang penyebab berubahnya hubungan atau bentuk hubungan antar variabel yang terjadi. Oleh karenanya, kamu sebaiknya tidak melaporkan hal lain di luar nilai p yang diukur pada tes statistik seperti t, F, U, dan lainnya. Begitu juga saat melakukan analisis korelasi, koefisien regresi (Pearson’s r, Spearman’s rho, etc.), serta pengukuran besarnya efek antar variabel (eta-squared, partial-eta-squared, omega-squared, etc.).
Mari kita ambil contoh kalimat “Kami menemukan hubungan yang signifikan antara kecemasan dan kepuasan kerja (p < .05).” Kalimat tersebut menjelaskan kepada pembaca bahwa kamu memiliki cukup bukti tentang adanya hubungan antar variabel yang tidak mungkin terjalin karena kebetulan atau ketidaksengajaan. Namun pembaca tidak akan tahu apakah hubungan ini bersifat langsung atau terbalik. Misalnya, apakah peserta dengan kecemasan lebih tinggi memiliki kepuasan kerja lebih tinggi pula atau apakah peserta dengan kecemasan lebih rendah memiliki kepuasan kerja lebih tinggi? Selanjutnya, apakah hubungan ini kuat atau lemah? Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya bisa dijawab bila kamu melaksanakan uji koefisien korelasi dengan menetapkan nilai p. Jika kamu menambahkan “r = -.78” dalam tanda kurung di akhir kalimat di atas, maka pembaca akan mengetahui adanya hubungan terbalik yang kuat. Dengan demikian, mereka dapat mengerti tentang penelitianmu lebih baik.
Contoh lainnya adalah pernyataan “Kami menemukan perbedaan yang signifikan antara skor pre-tes dan pos-tes.” Pada kondisi tersebut, akan lebih baik bila kamu melaporkan hasil uji statistik bersama penjelasan terkait teknik analisis yang digunakan untuk memeriksa adanya perbedaan. Kamu dapat pula mengukur efek hubungan antar variabel sehingga pembaca memahami seberapa besar perbedaannya. Nilai rata-rata skor pre-tes dan pos-tes cukup bagi pembaca untuk memahami seberapa besar efek yang ditemukan.
Selain itu, dengan melaporkan nilai p yang tepat kamu dapat meningkatkan kredibilitas penelitianmu. Pada kalimat di atas, nilai p yang dilaporkan bisa saja sebesar “0.048” yang secara teknis nilainya berada di bawah “.05” tetapi mendekati .05 sehingga harus diperlakukan seperti nilai p 0.51, yang tidak signifikan secara statistik. Biasanya, jika nilai p kurang dari .001, kamu hanya dapat menuliskan “p < .001.” Selain itu, hendaknya kamu melaporkan nilai p dengan tepat, terutama untuk hasil penelitian utama.
Berikut adalah beberapa kesalahan dasar yang akan sering kamu temui mengenai nilai p:
1. “p = .00” or “p < .00”
Secara teknis, nilai p tidak bisa sama dengan 0. Beberapa program statistik memang memberikan nilai p dari .000 dalam output mereka, tetapi hal ini terjadi karena adanya pembulatan otomatis atau pemotongan menjadi sejumlah digit tertentu setelah titik desimal. Jadi, pertimbangkan untuk mengganti “p = .000” dengan “p < .001,” karena akan lebih bisa diterima dan tidak secara substansial mengubah pentingnya nilai p yang dilaporkan. Perlu juga diingat bahwa nilai p selalu berada antara 0 dan 1 dan tidak pernah negatif.
2. “p < .03”
Banyak jurnal yang menerima nilai p dengan istilah relasional yaitu nilai alfa (ambang signifikansi statistik), “p < .05,” “p < .01,” atau “p < .001”, atau dalam nilai absolut, misalnya, “p = .03” atau “p = .008.” Nilai p tidak menggunakan tanda “lebih besar (>)” atau “kurang dari (<)” bila nilai yang dituliskan setelah tanda bukanlah nilai alfa.
Tips terakhir nih buat kamu. Sejumlah komunitas ilmiah merekomendasikan bahwa nol tidak boleh dimasukkan sebelum pecahan desimal ketika angkanya tidak lebih besar dari 1 terutama pada analisis korelasi, proporsi, dan tingkat signifikansi statistik. Sehingga “p < 0.05” harus ditulis sebagai “p < .05.”
Bagaimana, sudah jelas belum? Jika kamu masih memiliki pertanyaan tentang nilai p, jangan ragu untuk meninggalkan komentar.
Oh ya, jangan pergi dulu! Kamu mungkin akan tertarik dengan kursus “Bagaimana menulis bagian hasil dan diskusi yang paling efektif”. Ayo ikutan!